Catatan seorang Santri..
Jam empat pagi waktu istiwa' para penjaga yang bertugas membangunkan para santri telah menggedor pintu kamarku. Di antara sadar dan tidak, aku langsung melangkahkan kakiku menuju ke kamar mandi, karena kalau tidak segera, maka kamar mandi akan dipenuhi antrian seperti antrian untuk mendapat jatah minyak tanah yang sering aku lihat di agen minyak tanah milik Ustadz Arif. Aku sangat bersyukur ketika sampai di kamar mandi masih agak sepi dan airnyapun kebetulan banyak, sehingga aku dapat mandi dengan leluasa.
Begitu aku selesai mandi dan sampai di kamar, adzan subuh telah berkumandang, dalam hatiku aku sangat menyesal karena aku belum mengerjakan sholat witir. Tidak tahu, apakah aku yang terlalu lama asyik mandi sehingga jadwalku untuk mengerjakan witir habis terpotong atau memang waktu subuh yang lebih maju dari biasanya.
Seperti biasa kami berjamaah di masjid yang penuh barakah ini. Tapi pagi itu ada yang lain karena semua santri baik putra dan putri diwajibkan untuk mengikuti Haul Akbar di Jalan Veteran Gresik. Wal hasil, setelah wiridan subuh, kami langsung di giring oleh Cak Tazam menuju kantin untuk sekadar breakfast bersama-sama. Kemudian setelah itu kami bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi acara. Tapi sayang, bus yang menjemput kami menuju acara ternyata belum datang, sehingga akhirnya kami harus menunggu agak lama untuk berangkat ke lokasi.
Sesampai di lokasi acara, aku tidak langsung menuju panggung acara, walaupun sudah terdengar himbauan melalui pengeras suara bahwa santri al-Fithrah diharap segera untuk naik ke panggung dan mengikuti acara. Aku masih mondar mandir ke sana ke sini untuk mencari kamar kecil karena sudah dari tadi aku kebelet untuk buang air kecil. Wah, lega rasanya ketika hajat sudah terlaksana dan aku segera bergegas menyusul teman-temanku yang sudah ada di panggung. Kebetulan pada waktu itu masih ada beberapa ustadz pondok yang naik ke panggung agak belakangan karena sibuk mengatur para satri. Akupun nimbrung di belakang para asatidz sehingga aku bisa duduk di panggung yang berada di depan.
Acara ynag dipimpin oleh Habib Abdullah al-Haddar itu dimulai dengan tawassul dan istighosah. Kulihat di kanan kiriku banyak jamaah yang larut dalam istighosah itu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menteskan air mata. Kadang-kadang aku merasa heran, mengapa diri ini tidak bisa seperti mereka, apakah hati ini terlalu keras untuk menghayati lantunan dzikir?... Acara kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat yasin yang dibaca bersama-sama kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manaqib yang dilantunkan oleh teman-temanku sendiri dengan suara yang merdu. Hati ini baru terasa agak bergetar ketika mendengar lantunan qasidah LailaaHaillallah yang menemani para jamaah berdzikir bersama-sama. Hati ini semakin bergetar hebat dan air matapun tak kuasa meleleh membahasi kedua pipiku ketika Hadhratus Syaikh melantunkan kalimat tauhid Laa IlaHa Illallah…dan waktu itu kulihat banyak para jamaah yang menjerit histeris mendengar keagungan kalimat yang dilantunkan oleh Hadlratus Syeikh. Semakin kudengar jeritan dan tangisan jamaah di sekitarku, maka hati ini semakin bergetar hebat dan air mata semakin mengucur deras. Dalam hatiku aku berkata: "Oh ya Allah apakah seperti ini rasa nikmat dan ladzatnya berdzikir kepad-Mu?"….
Sejenak hati ini merenung dan tak terasa ternyata acara sudah sampai pada Mahalul Qiyam. Kami berdiri untuk bersama-sama menyampaikan sholawat dan salam kehadhirat Rasulillah SAW. Suara rancak terbang yang dimainkan oleh teman-temanku membawaku pada situasi yang terjadi pada saat perang Uhud. Ya.. perang Uhud, karena semakin aku resapi suara terbang itu mirip dengan suara kaki kuda yang sedang berlari dan gemerincing suara pedang yang saling dianggarkan. Aku teringat, bagaimana dalam perang uhud, gigi Rasulullah tanggal karena terkena hantaman pedang orang-orang kafir, sahabat Rasulullah banyak yang terbunuh, bahkan paman beliau Sayidina Hamzah terbunuh secara aniaya. Hatiku menjerit tak kuasa menahan haru "Ya Rasulullah, betapa berat dan sengsaranya engkau dalam menyebarkan dan memikul agama ini, sedangkan umatmu yang satu ini selalu mengerjakan maksiat setiap hari!..." tubuh ini terasa lemas karena bergetar hebat mendengar lantunan puji-pujian kepada Rasulullah dan kucuran air mata inipun tidak bisa lagi untuk dibendung. Aku merasa bahwa Rasulullah SAW telah hadir di majlis itu…
Ritual acara pada siang itu telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama mewakili Muspida Kabupaten Gresik yang disampaikan oleh Bapak Agus Winarno. Kemudian sambutan kedua disampaikan oleh direktur utama PT. Semen Gresik yang disampaikan oleh Bapak Ir. H. Dwi Sucipto MM. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh para rektor beberapa perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur. Para rektor yang memberi sambutan di antaranya adalah Rektor Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Suparno M.Pd. dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Prof. Dr. H. Muhajir Efendi. Kemudian dilanjutkan sambutan mewakili Rektor UIN Malang yang disampaikan Pembantu Rektor I Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo dan selanjutnya mewakili UNISMA Malang sambutan disampaikan oleh KH. Marzuki Mustamar.
Aku tidak tahu, mengapa hati ini merasa terharu dan menangis ketika para rektor itu membaca Fatihah untuk kesembuhan Hadlratus Syeikh. Semua orang mendoakan kesembuhan beliau. Semua orang menantikan kesehatan beliau, sehingga bisa kembali mengasuh pengajian Ahad kedua, ya Allah, kami rindu dengan Pengajian Ahad kedua …
Ya Allah, hamba rela jika sisa umur hamba ini Engkau tukar dengan kesehatan beliau. Kesehatan beliau lebih bermanfaat dari pada sisa umur hamba ini. Umat ini butuh bimbingan dari seorang figur seperti beliau ya Allah….
Acara kemudian dilanjutkan Mauidhoh Hasanah yang disampaikan al-Habib Najib al-Haddad dari Surabaya dan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh al-Habib Muhammad bin Ahmad al-Aydrus dari Jeddah Saudi Arabia. Setelah itu kami makan talaman bersama-sama dan segera menuju ke bis untuk kembali ke pondok.
Jam empat pagi waktu istiwa' para penjaga yang bertugas membangunkan para santri telah menggedor pintu kamarku. Di antara sadar dan tidak, aku langsung melangkahkan kakiku menuju ke kamar mandi, karena kalau tidak segera, maka kamar mandi akan dipenuhi antrian seperti antrian untuk mendapat jatah minyak tanah yang sering aku lihat di agen minyak tanah milik Ustadz Arif. Aku sangat bersyukur ketika sampai di kamar mandi masih agak sepi dan airnyapun kebetulan banyak, sehingga aku dapat mandi dengan leluasa.
Begitu aku selesai mandi dan sampai di kamar, adzan subuh telah berkumandang, dalam hatiku aku sangat menyesal karena aku belum mengerjakan sholat witir. Tidak tahu, apakah aku yang terlalu lama asyik mandi sehingga jadwalku untuk mengerjakan witir habis terpotong atau memang waktu subuh yang lebih maju dari biasanya.
Seperti biasa kami berjamaah di masjid yang penuh barakah ini. Tapi pagi itu ada yang lain karena semua santri baik putra dan putri diwajibkan untuk mengikuti Haul Akbar di Jalan Veteran Gresik. Wal hasil, setelah wiridan subuh, kami langsung di giring oleh Cak Tazam menuju kantin untuk sekadar breakfast bersama-sama. Kemudian setelah itu kami bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi acara. Tapi sayang, bus yang menjemput kami menuju acara ternyata belum datang, sehingga akhirnya kami harus menunggu agak lama untuk berangkat ke lokasi.
Sesampai di lokasi acara, aku tidak langsung menuju panggung acara, walaupun sudah terdengar himbauan melalui pengeras suara bahwa santri al-Fithrah diharap segera untuk naik ke panggung dan mengikuti acara. Aku masih mondar mandir ke sana ke sini untuk mencari kamar kecil karena sudah dari tadi aku kebelet untuk buang air kecil. Wah, lega rasanya ketika hajat sudah terlaksana dan aku segera bergegas menyusul teman-temanku yang sudah ada di panggung. Kebetulan pada waktu itu masih ada beberapa ustadz pondok yang naik ke panggung agak belakangan karena sibuk mengatur para satri. Akupun nimbrung di belakang para asatidz sehingga aku bisa duduk di panggung yang berada di depan.
Acara ynag dipimpin oleh Habib Abdullah al-Haddar itu dimulai dengan tawassul dan istighosah. Kulihat di kanan kiriku banyak jamaah yang larut dalam istighosah itu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menteskan air mata. Kadang-kadang aku merasa heran, mengapa diri ini tidak bisa seperti mereka, apakah hati ini terlalu keras untuk menghayati lantunan dzikir?... Acara kemudian dilanjutkan dengan bacaan surat yasin yang dibaca bersama-sama kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Manaqib yang dilantunkan oleh teman-temanku sendiri dengan suara yang merdu. Hati ini baru terasa agak bergetar ketika mendengar lantunan qasidah LailaaHaillallah yang menemani para jamaah berdzikir bersama-sama. Hati ini semakin bergetar hebat dan air matapun tak kuasa meleleh membahasi kedua pipiku ketika Hadhratus Syaikh melantunkan kalimat tauhid Laa IlaHa Illallah…dan waktu itu kulihat banyak para jamaah yang menjerit histeris mendengar keagungan kalimat yang dilantunkan oleh Hadlratus Syeikh. Semakin kudengar jeritan dan tangisan jamaah di sekitarku, maka hati ini semakin bergetar hebat dan air mata semakin mengucur deras. Dalam hatiku aku berkata: "Oh ya Allah apakah seperti ini rasa nikmat dan ladzatnya berdzikir kepad-Mu?"….
Sejenak hati ini merenung dan tak terasa ternyata acara sudah sampai pada Mahalul Qiyam. Kami berdiri untuk bersama-sama menyampaikan sholawat dan salam kehadhirat Rasulillah SAW. Suara rancak terbang yang dimainkan oleh teman-temanku membawaku pada situasi yang terjadi pada saat perang Uhud. Ya.. perang Uhud, karena semakin aku resapi suara terbang itu mirip dengan suara kaki kuda yang sedang berlari dan gemerincing suara pedang yang saling dianggarkan. Aku teringat, bagaimana dalam perang uhud, gigi Rasulullah tanggal karena terkena hantaman pedang orang-orang kafir, sahabat Rasulullah banyak yang terbunuh, bahkan paman beliau Sayidina Hamzah terbunuh secara aniaya. Hatiku menjerit tak kuasa menahan haru "Ya Rasulullah, betapa berat dan sengsaranya engkau dalam menyebarkan dan memikul agama ini, sedangkan umatmu yang satu ini selalu mengerjakan maksiat setiap hari!..." tubuh ini terasa lemas karena bergetar hebat mendengar lantunan puji-pujian kepada Rasulullah dan kucuran air mata inipun tidak bisa lagi untuk dibendung. Aku merasa bahwa Rasulullah SAW telah hadir di majlis itu…
Ritual acara pada siang itu telah selesai, kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama mewakili Muspida Kabupaten Gresik yang disampaikan oleh Bapak Agus Winarno. Kemudian sambutan kedua disampaikan oleh direktur utama PT. Semen Gresik yang disampaikan oleh Bapak Ir. H. Dwi Sucipto MM. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh para rektor beberapa perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur. Para rektor yang memberi sambutan di antaranya adalah Rektor Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Suparno M.Pd. dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Prof. Dr. H. Muhajir Efendi. Kemudian dilanjutkan sambutan mewakili Rektor UIN Malang yang disampaikan Pembantu Rektor I Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo dan selanjutnya mewakili UNISMA Malang sambutan disampaikan oleh KH. Marzuki Mustamar.
Aku tidak tahu, mengapa hati ini merasa terharu dan menangis ketika para rektor itu membaca Fatihah untuk kesembuhan Hadlratus Syeikh. Semua orang mendoakan kesembuhan beliau. Semua orang menantikan kesehatan beliau, sehingga bisa kembali mengasuh pengajian Ahad kedua, ya Allah, kami rindu dengan Pengajian Ahad kedua …
Ya Allah, hamba rela jika sisa umur hamba ini Engkau tukar dengan kesehatan beliau. Kesehatan beliau lebih bermanfaat dari pada sisa umur hamba ini. Umat ini butuh bimbingan dari seorang figur seperti beliau ya Allah….
Acara kemudian dilanjutkan Mauidhoh Hasanah yang disampaikan al-Habib Najib al-Haddad dari Surabaya dan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh al-Habib Muhammad bin Ahmad al-Aydrus dari Jeddah Saudi Arabia. Setelah itu kami makan talaman bersama-sama dan segera menuju ke bis untuk kembali ke pondok.
AFWAN AKH,,, ANA LANCANG BERTAMU TANPA KULO NUWUN,,,, NAMUNG KEPINGIN NINGAL2 MAWON KOK,,,,,,,
BalasHapusOo. gak pa2, silahkan aza sering2 mampir.
BalasHapuskulo nuwun penjara suci
BalasHapus