Rabu, 08 April 2009

ISTIDRAJ


Munculnya berbagai fenomena dan kejadian-kejadian aneh pada diri seseorang seolah-olah itu semua dianggap sebagai karamah, padahal bagi kita tidak mudah untuk mengetahui apakah itu benar-benar karamah yang diberikan Allah SWT kepada orang itu, atau bisa jadi hal itu hanyalah ujian saja yang diberikan Allah SWT.
Perlu diketahui bahwa ketika Allah SWT mengabulkan sesuatu yang diminta oleh seorang hamba baik permintaanya itu sesuai dengan kebiasaan (wajar) ataupun tidak (tidak wajar), tidak berarti serta merta hamba tersebut mulia di sisi Allah SWT. Hal itu bisa saja memang karena Allah SWT memuliakan hamba tersebut atau boleh jadi itu semua hanyalah istidraj. Al-Qur'an sendiri menyebut beberapa versi berkaitan dengan istidraj.
1. Al-Istidraj
Allah SWT telah berfirman: 
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ. [القلم/44]
"Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui." [Q.S. al-Qalam: 44]
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa makna istidraj adalah pemberian Allah SWT kepada seseorang atas apa yang ia inginkan di dunia agar orang tersebut bertambah sesat, bodoh dan durhaka. Sehingga setiap hari ia semakin jauh dari Allah SWT.
2. Al-Makru (tipu daya)
Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ. [الأعراف/99]
"Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." [Q.S. al-A'raf: 99]
Dan juga firman Allah SWT: 
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. [النمل/50]
"Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari." [Q.S. al-Naml: 50]
3. Al-Kaed (tipuan)
Hal itu sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah SWT dalam surat al-Nisa': 142 dan surat al-Baqarah: 9 mengenai keadaan orang-orang munafik yang hendak menipu Allah SWT dan orang-orang yang beriman. Padahal, pada hakekatnya mereka hanyalah menipu dirinya sendiri. Sedang mereka tidak menyadari akan hal itu, dan Allah SWT akan membalas tipuan mereka. Allah SWT membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani seperti halnya melayani orang-orang mukmin. Sehingga mungkin saja pada diri mereka diberikan keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa. Padahal dibelakang itu semua Allah SWT telah menyediakan neraka bagi mereka sebagai pembalasan atas tipuan mereka. 
4. Al-Imla' (penagguhan umur)
Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah SWT pada surat Ali Imran: 178. Orang-orang kafir janganlah sekali-kali menyangka, bahwa penangguhan umur (pemberian panjang umur) dari Allah SWT adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya penagguhan umur yang diberikan Allah SWT kepada mereka hanyalah supaya bertambah dosa-dosa mereka, dan bagi mereka telah disiapkan adzab yang sangat pedih menghinakan.
5. Al-Ihlak (penghancuran)
Hal ini sebagaimana yang telah dituturkan Allah SWT pada surat al-An'am: 44 ketika menerangkan tentang orang-orang yang melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, maka selanjutnya Allah SWT akan menyiksa mereka. Dan juga pada surat al-Qashash: 39, ketika Allah SWT menerangkan tentang ulah Fir'aun dan bala tentaranya yang berlaku angkuh di muka bumi ini tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan mati, sehingga Allah SWT menghancurkan mereka dengan menenggelamkan mereka ke dalam laut.
Dari penjelasan dan kandungan ayat-ayat di atas, maka dapatlah kita ketahui perbedaan antara karamah dengan istidraj. Pemilik karamah tidaklah merasa nyaman dan senang dengan munculnya karamah itu. Bahkan ketika muncul suatu karamah pada diri mereka, ketakutan mereka kepada Allah SWT semakin bertambah. Mereka takut bahwa itu semua merupakan istidraj. Sedangkan pemilik istidraj akan merasa nyaman dan senang terhadap munculnnya keistimewaan itu. Ia menyangka bahwa ia telah mendapatkan karamah dan berhak atas hal itu. Sehingga yang terjadi ia akan merasa sombong dan meremehkan orang lain, seolah-olah ia telah aman dari siksa Allah SWT. Mereka tidak khawatir bahwasanya kelak ia akan meninggal dalam keadaan su'ul khatimah. Sehingga dapat disimpulkan, ketika seseorang yang diberi suatu keistimewaan (karamah) merasakan hal-hal di atas (sombong, meremehkan orang lain dan merasa aman dari siksaan Allah SWT) dapatlah dipastikan bahwa keistimewaan itu bukanlah karamah melainkan hanyalah istidraj semata. 
Para ulama al-muhaqqiqun mengatakan bahwa kebanyakan hal yang menyebabkan terputusnya hubungan ke hadirat Allah SWT terjadi pada maqam karamah. Sehingga para ulama al-muhaqqiqun merasa takut terhadap karamah sebagaimana mereka takut terhadap berbagai macam bala'. Wallahu a'lam. red.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar